iklan

Halaman

Jumat, 28 Juni 2024

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara



A. Sebelum mempelajari Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara
        Sebelum mempelajari modul 1.1 (Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara), dimana memaparkan tentang nilai-nilai filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara. Pembelajaran yang saya lakukan masih berpusat pada guru dan bukku dimana murid hanya sebagai objek pembelajaran saja. Pembelajaran hanya sebatas memindah materi pelajaran saja dengan menganggap ketuntasan belajar lebih utama daripada memahami karakteristik murid. Di sini biasanya saya hanya melihat nilai murid dari aspek kognitif saja misalnya saat mereka mengerjakan soal berupa tugas atau penilaian harian jika nilai murid sudah memenuhi ambang batas KKM maka dinyatakan bahwa pembelajaran sudah berhasil begitu juga sebaliknya. Sebelumnya saya tidak memperdulikan apakah murid sudah benar-benar mengerti dari apa yang saya ajarkan atau tidak, karena fokus utama saya hanya lebih kepada ketercapaian materi mengingat materi yang saya ajarkan sangat padat dan ditambah tugas lain yang juga padat. Dalam kegiatan pembelajaran, saya masih terkesan menggunakan metode ceramah, memberi contoh soal yang kemudian memberi latihan soal untuk mengetahui kedalaman materi yang saya sampaikan. Siswa dituntut harus mengikuti semua perintah yang saya berikan untuk dapat mencapai KKM yang sudah ditetapkan sebelumnya. dan jika murid tidak mengikuti perintah saya, biasanya saya akan marah, memberi ancaman dan bahkan hukuman. Oleh karena hal ini murid merasa tertekan dan berdampak fatal akan gagalnya penanaman karakter dan pemenuhan kompetensi mereka sehingga saya pun sering merasa gagal, stres dan mengeluh saat banyak murid yang tidak tuntas untuk mencapai KKM. Dari sini saya menyadari bahwa apa yang saya lakukan selama ini merupakan suatu kesalahan yang jauh dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yang dalam pemikirannya disebutkan bahwa seorang guru harus menghamba pada murid.



B. Filosofi Pemikiran KHD
1. Pendidikan Yang Menuntun
         KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak – anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan, namun pendidik harus bisa menjadi “pamong” dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang “Pamong” dapat memberikan “tuntunan” agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lainnya. Oleh sebab itu tuntunan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat.
2.Pendidikan Yang Sesuai Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
            KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat Alam dan Kodrat Zaman. Kodrat Alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”
KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodrtanya sesuai dengan alam dan zamannya. Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan Abad ke-21, sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka pendidikan harus disesuaikan dengan konteks lokal sosial budaya murid setempat, Murid di Indonesia Barat tentu memliliki karakteristik yang berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.
3. Pendidikan yang memerdekakan dan menghamba pada anak.
        Pendidikan yang memerdekakan menurut KHD adalah suatu proses pendidikan yang mengedepankan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh kembang menurut kodratnya (kodrat alam dan kodrat zaman) secara lahiriah dan batiniah. Pendidikan harus berorientasi pada murid sehingga pendidikan harus berhamba (melayani dengan sepenuh hati) pada anak.

C. Pemikiran dan Perilaku yang berubah setelah mempelajari Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara
        Setelah saya mempelajari modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara yang membahas tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya menyadari bahwa apa yang saya pikirkan dan saya terapkan selama ini tidaklah tepat. Seharusnya saya melaksanakan proses pembelajaran secara menyeluruh bukan hanya aspek kognitif saja tetapi juga afektif psikomotor spiritual sosial dan budaya. Murid seharusnya saya posisikan pada porsinya artinya bukan sebagai objek pembelajaran semata melainkan subjek pembelajaran yang artinya murid tidak memiliki keterbatasan berekspresi mengemukakan pendapat dan berkreasi sesuai dengan metode atau model pembelajaran serta penggunaan media yang tepat. Saya sebagai guru harus menjadi  pamong dan fasilitator dalam proses pembelajaran, harus dengan penuh kesabaran dan dengan ketulusan hati dalam mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada murid. Selain itu saya sebagai guru juga harus mempelajari karakteristik murid karena setiap anak dilahirkan unik dengan segala kekurangan dan kelebihannya masing-masing, dimana saya harus menghargai setiap karakter murid dengan memberikan kesempatan untuk mereka tumbuh sesuai dengan kodratnya untuk dilayani dengan sepenuh hati.

D. Penerapan di Kelas Untuk Mewujudkan Pemikiran KHD
        Hal yang dapat segera saya terapkan dalam pembelajaran di kelas antara lain menerapkan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan dengan melibatkan murid sesuai dengan metode student center. Saya akan menerapkan pembelajaran abad 21 yang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu berpikir kritis, kreatif, komunikasi dan kolaborasi dengan berpegang teguh pada konsep memerdekakan anak yang sesuai dengan pendidikan yang berpihak kepada murid. Pembelajaran tidak akan lagi menuntut tetapi menuntun karena tugas guru adalah memberi tuntunan atau arahan yang baik kepada murid dan berusaha menjadi teladan bagi murid, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Saya akan memberi ruang dan kebebasan pada peserta  didik  untuk menggali potensi mereka menurut kodratnya masing-masing. Selanjutnya saya harus mengenali karakter dan latar belakang murid dengan menjalin komunikasi yang baik. Dengan demikian saya juga berharap untuk menjadi seorang guru yang menjiwai semangat Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Sehingga kedepannya saya akan berperan sebagai penuntun menjadi penuntun yang memberikan bimbingan, arahan yang sesuai dengan karakter peserta didik, tanpa memberikan tekanan perintah dan memaksa keinginan pribadi, tetapi lebih kepada membuat kesepakatan-kesepakatan kelas,  yang diharapkan bisa mengantarkan peserta didik mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia ataupun sebagai masyarakat seutuhnya, sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara.





Safelink